TikTok Shop tutup.

Nggaklah, kali ini saya nggak akan bahas tentang sudah benar atau tidakkah Kebijakan Pemerintah untuk memisahkan eCommerce dengan Social Media atau Social Commerce. Yang namanya kebijakan, pastilah ada pro dan kontra, itu biasa.

Cuma, kalau Anda tadinya sudah terbiasa belanja barang-barang dengan harga super murah seperti di Tiktok atau (tidak terlalu murah) di aplikasi marketplace, pertanyaan lalu muncul: Kalau Anda beli Barang dengan harga murah atau harga diskon, sebenarnya Anda itu memang beneran jadi lebih hemat atau malah lebih boros sih?

Katakan Anda lagi butuh Headphone. Alat ini penting untuk mendampingi Anda kerja di komputer supaya suara yang keluar dari laptop Anda tidak sampai mengganggu rekan kerja di sekitar Anda, apalagi Anda sering dengar musik. Terus, Anda naksir Headphone yang harganya Rp 500rb. Begitu buka marketplace, eh ternyata Headphone inceran Anda dijual diskon jadi Rp 300rb. Anda lalu beli. Ketika barangnya sampai rumah, Anda pakai, puas dan selesai. Kebutuhan Anda terpenuhi. Disini, selamat, Anda sudah lebih hemat Rp 200rb.

Sekarang, bayangkan sebaliknya. Anda sedang tidak butuh Headphone. Kemudian ketika buka2 Social Media, ada iklan tentang sebuah Headphone yang kayaknya bagus. Anda lalu klik linknya dan Anda dialihkan ke halaman penjualan di marketplace dan disitu dibilang kalau Headphone yang diiklankan itu sedang dijual dengan harga Rp 300rb, lebih murah dari harga awalnya yang Rp 500rb. Terus Anda pikir, wuih... boleh nih, mumpung diskon beli ajalah. MURE. Akhirnya Anda beli, dan disitu Anda merasa menang karena sudah lebih hemat Rp 200rb.

Faktanya, Anda bukannya lebih hemat Rp 200rb, tapi sebetulnya Anda sudah lebih boros Rp 300rb karena Anda baru saja membeli barang yang tidak Anda butuhkan.

Jadi lain kali, ketika Anda melihat barang yang sedang dijual murah di marketplace atau dimanapun itu, tanyakan ke diri Anda sendiri: "Apakah dengan beli Barang Murah itu saya memang jadi LEBIH HEMAT atau justru jadi LEBIH BOROS?".